oemiyati alias pongah


 PONGAH   ( 1928 )

A.    MASA MUDA SAMPAI DENGAN PAROH BAYA 

1.      Anak ketiga Kartonyono ini lahir tahun 1928 dengan nama Oemiyati. Karena sakit-sakitan oleh Pak Dhenya (Doyo yang paranormal) diganti menjadi Pongah (asal kata Pahang, wuku  kelahirannya).
Setamat SR sebenarnya Pongah ingin masuk ke Normal scholl (Sekolah Guru) namun urung karena keburu dinikahkan dengan Moekmin yang pegawai DKA dan mondok dirumah orang tuanya. Gagal menjadi guru Pongah lantas mempunyai obsesi besar dalam hal pendidikan anak-anaknya. Dia ingin anak-anaknya sekolah di Gajah Mada, karena sepengetahuannya Gajah Mada itu “sekolah dhuwur: (Sekolah yang tinggi). Selebihnya dia tidak, faham apa itu Universitas apa itu Fakultas.
2.      Untuk itu dia bekerja ekstra keras mulai dari kecil-kecilan membuat makanan ringan, telor asin, kerajinan tangan, membuka kios sembako kemudian kios batik di Pasar Ngunut (bekerjasama dengan dengan adiknya), andil dagang sepeda, dan berbagai kegiatan dagang lain dilakoninya. Alhasil sebagian besar obsesinya dapat terwujud yaitu 4 (empat) orang anaknya menjadi sarjana UGM (Pertanian 2 orang, Kehutanan 1 orang, Sastra Arkeologi 1 orang). Sementara yang seorang menjadi sarjana Teknik Mesin non UGM. Anak sulungnya juga jebolan                D1  Pertanian UGM, hanya saja studinya putus karena keburu berkeluarga.
3.      Meskipun semua anak-anaknya telah bekerja dan berkeluarga, Pongah masih tetap berdagang makanan ringan utamanya Brem Madiun, Kerupuk Ikan   Mobilitasnya cukup tinggi dan jauh yaitu : Pasuruan, Surabaya, Tulungagung, Madiun, Surakarta, Yogyakarta, Wonogiri, Kutoarjo, Semarang, Purwokerto, Tegal, Cirebon bahkan sampai Cianjur.
   
B.     MASA TUA
1.      Dalam usia 82 tahun  (2010) Pongah masih aktif berdagang. Hanya saja lebih dari separoh langganannya sudah diserahkan kepada 2 (dua) orang anaknya. Sebenarnya anak-anaknya ingin agar Ibunya (Pongah) beristirahat mengingat usianya yang sudah semakin tua bahkan sangat tua. Namun Pongah yang berpendirian teguh ini tetap belum mau beristirahat.
2.      Suaminya (Moekmin) telah mendahului wafat th. 2005 diusia 85 th, dengan meninggalkan warisan pensiun untuk Pongah.
3.      Saat ini Pongah berada di Yogya ditemani anak perempuannya (Wiwik) dan 2 (dua) orang cucunya (Panji dan Lita yang anak Wiwik).

C.    KETURUNAN PONGAH
1.      Pongah mempunyai 8 (delapan) orang anak yaitu Mudjito (1944)  ; wafat 24 September 2011, karena sakit jantung, Mudjoko (1946)  Mudjiastuti (1949)  Sri Yunani (1951; wafat th. 2003 diusia 52 tahun karena sakit jantung).  Yohn Sudjianto (1953)  Wiwik Kunmiati (1957),  Edi Purwanto (1960) dan Idar Widiono (1966). Tiga orang anaknya yang lain meninggal saat masih bayi / kecil. Anak-anak Pongah tersebut semuanya sudah berkeluarga dan semuanya juga sudah mempunyai keturunan.
2.      Anak – anak dan cucu – cucu Pongah tersebar di berbagai kota yaitu : Ngunut, Wlingi, Kesamben, Sidoarjo, Surabaya, Gresik, Ungaran, Semarang, Banjarnegara, Tasikmalaya, Depok, Payakumah Sumatra Barat dan yang terjauh ada di Melbourne Australia.
3.      Keturunan Pongah selengkapnya sampai dengan th. 2010 sebanyak 8 orang anak, 23 cucu dan 24 buyut.
        Disamping itu, seorang keponakan Pongah ( Totok , anak Soedjiem ) yang dewasa  di lingkungn 
        keluarga Moekmin + Pongah, telah dianggap anak sendiri oleh Pongah.